Agen Bola - Interpol mengumumkan bahwa kelompok Islamic State of Iraq and Syria [ISIS] telah melatih 173 teroris untuk melakukan serangan bunuh diri di Eropa. Serangan disiapkan sebagai balas dendam atas kekalahan ISIS di Timur Tengah. Data 173 anggota skuat bunuh diri ISIS disusun oleh intelijen Amerika Serikat [AS]. Sumbernya dari informasi yang digali selama pertempuran dengan ISIS di Suriah dan Irak.
Daftar itu dirilis Interpol semalam. Sebelumnya, jaringan kontra-teror Eropa khawatir bahwa saat ISIS runtuh di Timur Tengah, ada ancaman yang meningkat dari aksi pembom bunuh diri “lone wolf” yang akan berdatangan ke Eropa.
Hingga kini belum ada bukti bahwa salah satu dari 173 teroris didikan ISIS yang dirilis Interpol telah masuk ke Eropa. Namun, daftar ini dirancang untuk mengonfirmasi apakah sumber intelijen Uni Eropa [UE] sudah mempunyai rincian tentang ratusan individu tersebut atau belum. Sebab, mereka menjadi ancaman yang membahayakan negara-negara Eropa.
- Baca! Bagi Yang Sudah Berkeluarga Medsos Menjadi salah Satu Penyebab Perceraian Yang Paling Sering Terjadi
- Wanita Kembar Ini Dioperasi Plastik: Hasilnya Mencengangkan!
- Fakta Unik Rambut Kemaluan Yang Jarang Diketahui
- Enam Rumah Dilalap Si Jago Merah
- Ditreskrimum Polda Kepri Grebek Perdagangan Orang di Pelangi Karaoke
Daftar—yang dikirim oleh sekretariat umum Interpol pada tanggal 27 Mei 2017—menggambarkan bahwa para teroris tersebut merupakan orang-orang yang telah dilatih untuk membangun dan memposisikan alat peledak improvisasi, untuk menyebabkan kematian dan luka serius.
”Dipercaya bahwa mereka dapat melakukan perjalanan ke luar negeri, untuk berpartisipasi dalam kegiatan teroris,” bunyi pernyataan sekretariat umum Interpol, yang dikutip dari The Guardian, pada hari Sabtu [22/7/2017].
Data itu awalnya dikumpulkan oleh intelijen AS melalui saluran terpercaya. Kemudian diserahkan ke FBI dan selanjutnya dikirim ke Interpol untuk berbagi data secara global. Sebuah catatan yang dilampirkan pada daftar Interpol yang beredar di Italia menjelaskan bagaimana database dibangun.
Database juga dikumpulkan dari potongan teka-teki yang berasal dari ratusan elemen, terutama yang dikumpulkan saat markas besar lokal ISIS disita. ”Orang-orang telah diidentifikasi melalui bahan-bahan yang ditemukan di tempat persembunyian ISIS,” bunyi catatan itu.
“Muncul bahwa subjek tersebut mungkin telah mewujudkan kemauan untuk melakukan serangan bunuh diri atau ‘syahid’ untuk mendukung Islam [versi ISIS].”
Interpol telah meminta mitra nasionalnya untuk mendapatkan informasi yang mereka miliki tentang setiap nama dalam daftar dan data latar belakang lainnya yang mereka miliki. Contoh, data penyeberangan perbatasan, catatan tindak pidana sebelumnya, data biometrik, nomor paspor, aktivitas pada media sosial dan sejarah perjalanan.
Pihak Interpol melalui seorang juru bicara menyatakan bahwa daftar 173 teroris telah disebar. ”Interpol secara teratur mengirimkan peringatan dan update ke biro pusat nasional [NCB]-nya mengenai teroris dan penjahat yang dicari melalui jaringan komunikasi polisi global yang aman,” kata pihak Interpol.
“Tujuan pengiriman peringatan dan pembaruan ini adalah untuk memastikan bahwa informasi kepolisian yang vital tersedia kapan dan dimana pun diperlukan, sesuai dengan permintaan negara anggota,” lanjut Interpol.
”Dipercaya bahwa mereka dapat melakukan perjalanan ke luar negeri, untuk berpartisipasi dalam kegiatan teroris,” bunyi pernyataan sekretariat umum Interpol, yang dikutip dari The Guardian, pada hari Sabtu [22/7/2017].
Data itu awalnya dikumpulkan oleh intelijen AS melalui saluran terpercaya. Kemudian diserahkan ke FBI dan selanjutnya dikirim ke Interpol untuk berbagi data secara global. Sebuah catatan yang dilampirkan pada daftar Interpol yang beredar di Italia menjelaskan bagaimana database dibangun.
Database juga dikumpulkan dari potongan teka-teki yang berasal dari ratusan elemen, terutama yang dikumpulkan saat markas besar lokal ISIS disita. ”Orang-orang telah diidentifikasi melalui bahan-bahan yang ditemukan di tempat persembunyian ISIS,” bunyi catatan itu.
“Muncul bahwa subjek tersebut mungkin telah mewujudkan kemauan untuk melakukan serangan bunuh diri atau ‘syahid’ untuk mendukung Islam [versi ISIS].”
Interpol telah meminta mitra nasionalnya untuk mendapatkan informasi yang mereka miliki tentang setiap nama dalam daftar dan data latar belakang lainnya yang mereka miliki. Contoh, data penyeberangan perbatasan, catatan tindak pidana sebelumnya, data biometrik, nomor paspor, aktivitas pada media sosial dan sejarah perjalanan.
Pihak Interpol melalui seorang juru bicara menyatakan bahwa daftar 173 teroris telah disebar. ”Interpol secara teratur mengirimkan peringatan dan update ke biro pusat nasional [NCB]-nya mengenai teroris dan penjahat yang dicari melalui jaringan komunikasi polisi global yang aman,” kata pihak Interpol.
“Tujuan pengiriman peringatan dan pembaruan ini adalah untuk memastikan bahwa informasi kepolisian yang vital tersedia kapan dan dimana pun diperlukan, sesuai dengan permintaan negara anggota,” lanjut Interpol.