IACBET ~ Blusukan menjadi ciri khas Presiden Joko Widodo (Jokowi) selama tiga tahun menjadi orang nomor satu di Republik Indonesia.
Selama itu pula, Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) dibuat 'bingung', 'pusing' dan 'kewalahan' dalam mengawal dan mengamankan Presiden Jokowi saat blusukan.
Hal tersebut dikarenakan terkadang pergerakan blusukan Presiden Jokowi untuk menyapa rakyatnya kurang baik dari sisi keamanan seorang kepala Negara.
Hal itu pun ternyata diungkapkan Paspampres kepada Menteri Sekretaris Negara, Pratikno.
Pratikno pun sempat langsung menyampaikan curhat Paspampres.
"Kata Pak Presiden, tugas mereka (Paspampres) kan mengamankan saya. Bukan melarang saya untuk pergi kemana," ujar Pratikno mengulang tanggapan Presiden Jokowi, dalam program Rosi #Jokowi's Way, di Kompas TV, Kamis (12/10/2017).
Pratikno pun mengisahkan saat pertama kali Presiden Jokowi blusukan setelah dilantik, yakni saat melihat langsung kondisi Pengungsi erupsi Gunung Sinabung, Rabu (29/10/2014).
Bukan hanya panitia yang menyambut kedatangannya untuk menjenguk para pengungsi erupsi Gunung Sinabung dibuat kewalahan dan pusing.
Tapi, Paspampres pun demikian.
Kisah itu diperoleh Pratikno setelah Presiden dan rombongan pulang dari Sinabung ke Jakarta.
Sepulang dari Sinabung, Paspampres curhat mengenai aksi Presiden Jokowi masuk ke daerah merah alias berbahaya dan dilarang orang untuk berada di sana.
Ketika makan bersama, Pratikno pun menyampaikan curhat Paspampres tersebut kepada Presiden Jokowi.
"Beliau menjawab, 'saya kan kesitu mau menjenguk masyarakat. Masyarakatnya ada di daerah merah, ya saya kesana'," kata Pratikno mengulang jawaban Jokowi.
Mantan Rektor UGM itu mengatakan, "itu kan berbahaya bagi Presiden."
"Justru kedatangan saya ke daerah merah untuk mengajak masyarakat keluar dari daerah berbahaya tersebut," kata Jokowi saat itu seperti ditirukan Pratikno.
Kata Pratikno, "Tapi itu tetap berbahaya dan sangat berisiko tinggi Presiden dan bisa berakibat pada kecelakaan."
Pratikno pun berhenti sejenak, seolah tidak ingin melanjutkan kisah diskusinya dengan Presiden Jokowi, saat itu.
"Saya ceritakan, ndak ya," ucap Pratikno sembari menimbang-nimbang untuk melanjutkan kisah itu atau menyukupkan sampai disini saja.
Namun, berkat rayuan Pemimpin Redaksi Kompas TV, Rosiana Silalahi dan undangan yang hadir, kisah itu pun berlanjut.
"Beliau katakan begini, ya mati rapopo toh," demikian ucapan Jokowi menanggapi ancamam bahaya yang saat itu bisa terjadi padanya.
Pratikno balik berkata, "Loh, gimana pak, saya bilang meninggal ndak apa-apa."
"Kalau yang meninggal rakyat, itupun sudah sangat berisiko pak. Apalagi Bapak seorang Presiden, punya implikasi konstitusi," jelas Pratikno saat itu kepada Presiden Jokowi.
Akan tetapi penjelasan dan pandangan Pratikno sulit diterima Presiden Jokowi karena keteguhan hatinya ingin hadir dan bersama rakyat yang sedang menderita di sekitar Gunug Sinabung.
"Beliau tetap ngotot bahwa saya kesana karena saya ingin menjenguk mereka, berkomunikasi dengan mereka dan mengajak mereka kembali," kisah Pratikno.
Selama itu pula, Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) dibuat 'bingung', 'pusing' dan 'kewalahan' dalam mengawal dan mengamankan Presiden Jokowi saat blusukan.
Hal tersebut dikarenakan terkadang pergerakan blusukan Presiden Jokowi untuk menyapa rakyatnya kurang baik dari sisi keamanan seorang kepala Negara.
Hal itu pun ternyata diungkapkan Paspampres kepada Menteri Sekretaris Negara, Pratikno.
Pratikno pun sempat langsung menyampaikan curhat Paspampres.
"Kata Pak Presiden, tugas mereka (Paspampres) kan mengamankan saya. Bukan melarang saya untuk pergi kemana," ujar Pratikno mengulang tanggapan Presiden Jokowi, dalam program Rosi #Jokowi's Way, di Kompas TV, Kamis (12/10/2017).
Pratikno pun mengisahkan saat pertama kali Presiden Jokowi blusukan setelah dilantik, yakni saat melihat langsung kondisi Pengungsi erupsi Gunung Sinabung, Rabu (29/10/2014).
Bukan hanya panitia yang menyambut kedatangannya untuk menjenguk para pengungsi erupsi Gunung Sinabung dibuat kewalahan dan pusing.
Tapi, Paspampres pun demikian.
Kisah itu diperoleh Pratikno setelah Presiden dan rombongan pulang dari Sinabung ke Jakarta.
Sepulang dari Sinabung, Paspampres curhat mengenai aksi Presiden Jokowi masuk ke daerah merah alias berbahaya dan dilarang orang untuk berada di sana.
Ketika makan bersama, Pratikno pun menyampaikan curhat Paspampres tersebut kepada Presiden Jokowi.
"Beliau menjawab, 'saya kan kesitu mau menjenguk masyarakat. Masyarakatnya ada di daerah merah, ya saya kesana'," kata Pratikno mengulang jawaban Jokowi.
Mantan Rektor UGM itu mengatakan, "itu kan berbahaya bagi Presiden."
"Justru kedatangan saya ke daerah merah untuk mengajak masyarakat keluar dari daerah berbahaya tersebut," kata Jokowi saat itu seperti ditirukan Pratikno.
Kata Pratikno, "Tapi itu tetap berbahaya dan sangat berisiko tinggi Presiden dan bisa berakibat pada kecelakaan."
Pratikno pun berhenti sejenak, seolah tidak ingin melanjutkan kisah diskusinya dengan Presiden Jokowi, saat itu.
"Saya ceritakan, ndak ya," ucap Pratikno sembari menimbang-nimbang untuk melanjutkan kisah itu atau menyukupkan sampai disini saja.
Namun, berkat rayuan Pemimpin Redaksi Kompas TV, Rosiana Silalahi dan undangan yang hadir, kisah itu pun berlanjut.
"Beliau katakan begini, ya mati rapopo toh," demikian ucapan Jokowi menanggapi ancamam bahaya yang saat itu bisa terjadi padanya.
Pratikno balik berkata, "Loh, gimana pak, saya bilang meninggal ndak apa-apa."
"Kalau yang meninggal rakyat, itupun sudah sangat berisiko pak. Apalagi Bapak seorang Presiden, punya implikasi konstitusi," jelas Pratikno saat itu kepada Presiden Jokowi.
Akan tetapi penjelasan dan pandangan Pratikno sulit diterima Presiden Jokowi karena keteguhan hatinya ingin hadir dan bersama rakyat yang sedang menderita di sekitar Gunug Sinabung.
"Beliau tetap ngotot bahwa saya kesana karena saya ingin menjenguk mereka, berkomunikasi dengan mereka dan mengajak mereka kembali," kisah Pratikno.
sumber:tribunnews.com