RIO HARYANTO DAN MODEL PEREKRUTAN PEMBALAP F1 - mahkotaberita.com - Berita Terkini, Terupdate Dan Terpercaya

Post Top Ad

iacpoker

Bonus JP
RIO HARYANTO DAN MODEL PEREKRUTAN PEMBALAP F1

RIO HARYANTO DAN MODEL PEREKRUTAN PEMBALAP F1

Share This

Agen Bola - Pada hari Kamis (19/2/2016) Rio diumumkan resmi membalap di F1 2016 bersama Manor, berita ini menyudahi spekulasi mengenai jadi tidaknya ia terjun ke F1 pada tahun ini.

Rio Haryanto akan mengarungi musim F1 perdana di tahun 2016 ini sekaligus jadi pebalap F1 pertama asal Indonesia. Ia menjadi rookie 'Jet Darat' bersama dua driver lainnya, yaitu pebalap Jerman Pascal Wehrlein yang sebelumnya sudah mendapat satu kursi di Manor dan Jolyon Palmer asal Inggris yang direkrut oleh Renault.


Talenta saja tidak cukup untuk mengantar seorang pebalap berlaga F1. Driver juga membutuhkan dukungan sponsor kakap untuk terjun menjadi pembalap F1 yang memang butuh dana sangat besar.

Gambaran nyata betapa besarnya dana yang dibutuhkan untuk masuk F1 bisa dilihat dari apa yang tengah dilakukan Rio Haryanto saat ini. Rio, yang empat tahun terakhir berlaga di GP2 butuh dana 15 juta euro demi bisa dapat kursi di Tim Manor Marussia.

Rio butuh dana yang lebih besar jika ingin mengendarai mobil yang lebih kompetitif. Dia harus punya dana 25 juta euro untuk memperkuat Force India.

Upaya Rio terjun di F1 dengan membayarkan sejumlah uang pada tim yang dituju adalah hal yang umum terjadi. Dunia balap punya istilah khusus untuk driver seperti itu, mereka disebut sebagai 'pay driver'.

Dalam setidaknya satu dekade terakhir sudah banyak 'pay driver' di F1. Salah satunya adalah Fernando Alonso, yang dikontrak Ferrari karena dia membawa serta Santander sebagai sponsor ke tim asal Italia itu. Di awal kariernya, Michael Schumacher dan Niki Lauda juga merupakan 'pay driver'.

Dengan bakat besar yang dipunya, ketiga pebalap tersebut kemudian berhasil menunjukkan kalau mereka lebih pantas dibayar (digaji) dan bukannya membayar.

Meski dapat bayaran, bukan berarti tim mau menerima sembarangan pebalap. Tim-tim F1 menginginkan driver terbaik untuk bisa diturunkan dan bersaing sepanjang musim. Karena itulah hingga saat ini belum ada pebalap Asia yang sukses di F1. Meski sempat ada pebalap dari Malaysia, Jepang dan India, mereka semua masih jauh dari meraih poin, apalagi naik podium.

Metode perekrutan kedua yang dilakukan oleh tim-tim F1 adalah lewat pemantauan bakat. Meski GP2 merupakan feeder resmi menuju balapan F1, faktanya ada beberapa ajang balap lain yang menjadi pintu masuk pebalap muda untuk bisa berlaga di ajang balap mobil paling bergengsi tersebut. Sejauh ini Formula Renault, Formula Tiga, Formula BMW, dan Formula Renault menjadi batu loncatan untuk menuju F1.

Mereka yang berprestasi di kompetisi-kompetisi tersebut punya kans besar untuk dipantau dan kemudian ditawari kontrak sebagai test driver atau langsung menjadi pebalap utama.

Ada juga perekrutan melalui program pengembangan pebalap. Di sini pebalap sudah dibimbing sejak usia dini oleh tim top dan terus diasah kemampuannya secara berjenjang. Tapi persaingan untuk mendapatkan tempat di program pengembangan ini sangatlah ketat.

Model perekrutan semacam ini sudah melahirkan banyak driver sukses. Termasuk di antaranya adalah Sebastian Vettel, Daniel Ricciardo dan Lewis Hamilton.

Post Bottom Ad



jdk

bape88

loading...

Pages